Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Berdaya dengan berbagai peran

Senin, 09 Agustus 2021

Story: Perjuangan Kehamilan Pertama

 Assalamu’alaikum pembaca blog Arvilnotes!

Pada tulisan pertama untuk mengawali perjalanan keluarga kecil kami ini, insyaAllah tulisan akan difokuskan untuk bercerita perihal perjuangan kehamilan kami. Semoga dapat diambil manfaat dan hikmah positifnya yaa¬

Oke kita mulai.

Alhamdulillah saya dan suami menikah pada bulan April 2020, masa dimana pandemi sedang mencekam bagi banyak orang. Masa itu adalah masa saat Indonesia baru saja mengumumkan kasus pertamanya dan semakin meroket tajam pertumbuhan kasusnya hari demi hari. Namun Qadarullah, Allah selalu menyelipkan hikmah dan ibrah yang indah di setiap peristiwa, gelaran pernikahan yang telah kami siapkan sejak Desember 2019 akhirnya sampai pada titik sepakat untuk dilaksanakan secara sederhana hanya dengan akad nikah dan membatalkan acara resepsi yg awalnya dikonsepkan besar-besaran. Di gedung pertemuan. Subhanallah lalu hikmahnya? Banyak sekali.

Salah satunya dengan perhelatan yang lebih sederhana itu kami bisa menabung dan berinvestasi lebih untuk kehidupan pasca nikah. Meskipun rasanya tetep ya, sedikit sedih karna gak ngrasain vibes resepsi sendiri, tapi tak masalah karna rencana Allah jauh lebih indah dari rencana diri sendiri insyaaAllah. Oke lanjutt.

Nah, di masa pasca nikah tepatnya pada satu tahun pertama pernikahan, kami dihadapkan pada berbagai amanah yang sangat prioritas untuk diselesaikan seperti urusan birokrasi CPNS, adaptasi di tempat kerja (sebab kami menikah langsung setelah lulus kuliah dan pengangkatan CPNS), dan yang paling penting karna kami merantau maka urusan yang paling basic adalah mempersiapkan lingkungan dan hunian terbaik untuk keluarga kami tumbuh. Dengan sebab-sebab tersebut, kami pun memilih fokus pada rutinitas sambil menguatkan produksi cinta dan teamwork di antara kami berdua.

Alhamdulillah setelah semua target itu terlampaui, kami pun baru mulai fokus untuk program hamil dan menanti sang buah hati. Tepatnya pada Januari 2021 atau 9 bulan pernikahan, kami memulai ikhtiar menjemput amanah besar dari Allah ini. Ikhtiar yang kami jalani ini berada pada fase ups and downs, tak jarang muncul rasa sedih saat pada nyatanya hasil belum sesuai dengan rencana. Rasa gelisah pun muncul saat sadar bahwa umur pernikahan hampir mendekati satu tahun, walaupun sebenarnya kami pun masih membesarkan hati akan ikhtiar yang sebenarnya baru saja dimulai. Subhanallah, tidak pantas rasanya jika dalam hitungan bulan saja sudah menggerutu dan cemas atas takdir Allah.

Hingga sampai pada suatu titik, suami menyadarkan untuk kembali berserah dan berpasrah pada Allah SWT. Jangan sampai niat mulia memiliki momongan ini terkotori oleh nafsu dunia, jangan sampai ikhtiar ini hanya karena ingin membungkam omongan orang atau sekadar ajang pencapaian diri. Sebab sejatinya amanah menjadi orang tua bukanlah hal mudah untuk dipertanggungjawabkan. Simpelnya gini, udah yakin belum diri ini baik dan layak untuk jadi orangtua, udah merasa benar-benar pantas belum untuk memberikan contoh ke anak? Mungkin Allah ingin memberikan jeda waktu untuk kita dalam berkontemplasi, Allah terlalu sayang dengan kita, Allah ingin kita benar-benar siap di waktu yang tepat. Jadi… semangat selalu bunda-bunda hebat, bismillah biidznillah amanah itu akan datang di waktu yang tepat, insyaAllah…

Singkat cerita, dalam proses ikhitiarnya kami mencoba dengan berbagai cara, trial and error. Here we go, perjuangan baru saja dimulai… biidznillah…

Januari, yang kami lakukan utamanya adalah ikhtiar jasadiyah, memastikan tubuh dalam kondisi fit dan bugar. Makanan dijaga gizinya, olahraga mulai teratur, pola kerja diseimbangkan, dan istirahat yang memang kami kondisikan cukup dan efisien. Ditambah kami juga konsumsi tambahan vitamin promil seperti Folavit, Ever-E, dan Susu Prenagen Esensis. Dalam proses percobaan yang pertama ini, kami hanya fokus pada proses tanpa bertumpu pada hasil. Bismillah kalo memang yang terbaik dan Allah sudah ridha insyaaAllah jalannya akan dimudahkan. Doa dari orangtua pun tak lupa kami minta, karena sungguh kerelaan hati orangtua itulah yang utama. Pun di awal menikah yang membuat kami mengesampingkan ikhtiar momongan pun juga karena titah keridhaan orangtua. Jadi bagi kami, untuk mengawali usaha ini pun harus dengan keridhaan mereka.

Lalu gimana hasilnya? Alhamdulillah… masih harus berusaha lagi.

Februari, kami memulai kembali dengan semangat yang baru. Jika sebelumnya ikhitar difokuskan untuk memperbaiki jasadiyah maka di percobaan yang kedua ini kami azzamkan untuk lebih fokus juga pada persiapan ruhiyah. Ikhtiar jasadiyah kami upayakan dengan menambahkan konsumsi ramuan herbal detox Rahim dan peningkat kualitas sperma ala ust. Zaidul Akbar. Mungkin agar teman-teman yang butuh info juga teredukasi, berikut ya resep ramuan detox dan peningkat kualitas sperma.

Herbal Detox Rahim:

1.       3 cm kayu manis

2.       1 sdt ketumbar

3.       1 sdt kapulaga

4.       1 cengkeh

5.       1 ruas jahe

6.       1 sdm madu

Herbal Peningkat Kualitas Sperma:

1.       1 sdt kunyit

2.       1 sdt habatussauda

3.       1 sdm madu

Kedua ramuan herbal tersebut dapat diseduh dengan air hangat kemudian disaring dan dikonsumsi rutin. Biasanya untuk istri mengonsumsi detox Rahim dua minggu sekali, dan suami peningkat kualitas sperma bisa seminggu sekali. Oiya untuk ramuan detox rahim pun juga dijual dengan kemasan yang telah jadi di toko ust. Zaidul akbar, tapi kalo mau buat sendiri pun tak masalah.

Selain menambahkan ramuan herbal, kami juga mengupayakan ikhtiar jasadiyah dengan menggunakan ovutest (alat pendeteksi masa subur). Temen-temen bisa beli alat ini di shopee atau apotek terdekat, cara kerja alat ini adalah dengan mendeteksi kadar hormone LH yang biasanya akan meningkat drastis saat masa subur tiba. Dalam rangka ikhtiar promil, mengetahui kapan masa subur itu jadi hal yang penting dan kadang kita kesulitan menentukan karena perhitungan kalender yang rawan meleset. Terbukti dengan menggunakan alat ini, perhitungan kalender yang selama ini saya pakai pun benar-benar jauh dari masa subur yang sebenarnya. Jadi boleh banget dicoba berikhtiar dengan ovutest ya teman-teman.

Sementara ruhiyah, selain yang utama adalah melangitkan sebanyak-banyak doa dan dzikir juga menambah porsi ibadah wajib dan sunnah bersama suami, saya pribadi memberanikan diri bergabung di grup promil dengan doa. Alhamdulillah disana banyak sekali vibes positif yang menekankan untuk berikhitiar karena Allah bukan hanya sebab dunia. Alhamdulillah dengan support komunitas yang membangun dan diiringi dukungan suami perjuangan jadi terasa lebih tenang dan menyenangkan. Lalu untuk bulan kedua gimana hasilnya? Alhamdulillah, ternyata Allah meminta kami mencoba kembali😊 Sedih, tentu. Namun kembali lagi kita harus ingat bahwa Allah yang mengendalikan semuanya, Allah tau kapan waktu terbaik.

Maret, ikhtiar bulan ketiga kami lalui. Di masa ini kami semakin memantapkan ikhtiar jasadiyah dan ruhiyah yang sebelumnya mungkin masih belum optimal dengan perjuangan yang lebih extra. Mulanya yang mengonsumsi makanan bergizi belum rutin saat itu semakin dirutinkan, minum resep herbal semakin ditingkatkan, ikhtiar dengan ovutest pun kami coba dengan mencari teknik yang lebih benar. Yap ikhtiar ovutest itu pun ternyata ada tekniknya sendiri. Awalnya kami mencoba dengan melakukan HB setelah hasil ovutest menunjukkan garis dua yang artinya kadar LH sedang tinggi, tetapi ternyata cara itu kurang tepat. Penggunaan ovutest baiknya adalah 24-48 jam setelah hasil positif. Lalu bagaimana hasilnya di bulan ketiga? Alhamdulillah… gagal lagi hehe. Alhamdulillah Allah masih memberikan kami kesempatan mencoba. Ternyata ga gampang ya ikhitiar ini, benar-benar menguji keikhlasan, ketenangan, dan kesiapan kami, khususnya untuk menajdi orangtua.

Bertepatan dengan hasil yang tak kunjung menemui hasil yang membahagiakan, nyatanya saat itu sebenarnya adalah masanya saya dan suami harus melakukan vaksin Covid-19 dari kantor. Alhamdulillah, mungkin ini salah satu hikmahnya, kami harus menyelesaikan proses vaksin sebelum akhirnya benar-benar siap menyambutmu nak.

Selanjutnya tibalah bulan April, bertepatan dengan bulan pernikahan kami yang artinya sebentar lagi usia pernikahan akan menginjak satu tahun tepat. Momen dimana saya sesungguhnya cukup takut dengan pertanyaan banyak orang terkait anak, meskipun mereka pun juga tidak mengetahui struglingnya kami dan upaya ikhtiar yang baru saja kami mulai. Akhirnya saya mantapkan kembali hati dan pikiran bersama suami untuk berikhtiar, lagi. Bulan April adalah bulan Ramadhan saat itu. Saya azamkan pada diri dan suami, yaAllah jika sampai sebelum lewat Ramadhan dan lewat satu tahun saya belum juga engkau berikan amanah maka ridhai kami untuk ikhitar dengan cara yang lebih serius, yaitu dengan berkonsultasi kepada orang yang lebih professional, dokter.

Percobaan alami yang terakhir ya mas, begitu ungkap saya ke suami. Iya, tapi insyaaAllah ini pasti berhasil. Allah sudah menyediakan waktu yang sangat tepat untuk kita. Bismillah..

Percobaan kempat dimulai masih dengan langkah yang sama, tapi dengan keikhlasan yang lebih dalam. Kami ikhtiarkan dengan upaya jasadiyah dan ruhiyah, memperbaiki apa yang belum kami optimalkan, dn menjalani prosesnya dengan sangat tenang dan rileks, bahkan bisa dikatakan ikhitar yang keempat ini jauh lebih membahagiakan dari yang sebelumnya. Pikiran akan hasil benar-benar tidak mengecoh kami, setiap harinya kami lalui dengan cinta yang semakin bertumbuh dan bahagia yang semakin merekah. Alhamdulillah sangat menenangkan.

Di bulan April, tepat seminggu sebelum Ramadhan tiba pun saya dan suami masih sempat ditugaskan oleh kantor untuk dinas luar yang memakan waktu berhari-hari. Namun, itu semua kami lalui dengan hati yang lapang dan senang. Hingga tiba akhirnya periode itu datang, tapi tak kunjung keluar tamu yang seharusnya ada. Ya di bulan April sebelum Ramadhan harusnya jadwal tamu bulanan saya datang. Namun hingga awal bulan Ramadhan saya masih bersih. Akhirnya suami pun membujuk untuk memberanikan diri mengecek dengan test kehamilan. MasyaAllah rasanya campur aduk. Ada rasa takut karena khawatir hasilnya tidak optimal, tetapi ada juga rasa penasaran yang menggelayut. Saya pun memberanikah diri untuk mengecek dan hasilnya….

A;HAMDULILLAH saya positif, masyaAllah subhanallah allahuakbar. Di hari pertama Ramadhan, sahur pertama, sebelum usia pernikahan kami tepat satu tahun, di momen terbaik yang sangat tepat Allah mengabulkan hajat kami, keinginan kami, doa-doa kami. MasyaAllah nak.. anak yang ada dalam rahim Bunda ini adalah hadiah terindah dari Allah dalam hidup. MasyaAllh.. amanah dari Allah itu benar-benar datang pada keluarga kecil kami.

Hingga saat ini perjalanan itu masih berlanjut dengan kami sebagai sepasang suami istri yang menjalani tahun kedua pernikahan, dengan adventure baru, dan ikhitar menjaga sang buah hati. Semoga apa yang kami lalui ini bisa menjadi hikmah dan pelajaran yang berarti bagi teman-teman yang juga membutuhkan spirit dan motivasi. Tenanglah.. berdoalah.. sebab kita umat muslim itu senjata terampuhnya adalah doa, maka berdoalah sebanyak-banyaknya, langitkan hajat kita, mintalah restu dan ridha orangtua, serta berbuat baiklah dan khusnudzon terhadap semua takdir Allah SWT. Sebaik-baik rencana adalah yang telah Dia tetapkan, kita sebagai hamba hanya bertugas untuk ikhtiar dan usaha. Semoga Allah selalu merahmati kita.

Wassalamu’alaikum wr.wb. Sehat selalu teman-teman😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Skincare Rutin Theraskin untuk Ramadhan

Ramadhan, bulan penuh berkah bagi umat Muslim, tentunya memerlukan perhatian khusus dalam merawat kulit yang mungkin terpengaruh oleh peruba...