Assalamu’alaikum pembaca blog Arvilnotes!
Pada tulisan pertama untuk mengawali perjalanan
keluarga kecil kami ini, insyaAllah tulisan akan difokuskan untuk bercerita
perihal perjuangan kehamilan kami. Semoga dapat diambil manfaat dan hikmah
positifnya yaa¬
Oke kita mulai.
Alhamdulillah saya dan suami menikah pada bulan April 2020, masa dimana pandemi sedang mencekam bagi banyak orang. Masa itu adalah masa saat Indonesia baru saja mengumumkan kasus pertamanya dan semakin meroket tajam pertumbuhan kasusnya hari demi hari. Namun Qadarullah, Allah selalu menyelipkan hikmah dan ibrah yang indah di setiap peristiwa, gelaran pernikahan yang telah kami siapkan sejak Desember 2019 akhirnya sampai pada titik sepakat untuk dilaksanakan secara sederhana hanya dengan akad nikah dan membatalkan acara resepsi yg awalnya dikonsepkan besar-besaran. Di gedung pertemuan. Subhanallah lalu hikmahnya? Banyak sekali.
Salah satunya dengan perhelatan yang lebih
sederhana itu kami bisa menabung dan berinvestasi lebih untuk kehidupan pasca
nikah. Meskipun rasanya tetep ya, sedikit sedih karna gak ngrasain vibes
resepsi sendiri, tapi tak masalah karna rencana Allah jauh lebih indah dari
rencana diri sendiri insyaaAllah. Oke lanjutt.
Nah, di masa pasca nikah tepatnya pada satu
tahun pertama pernikahan, kami dihadapkan pada berbagai amanah yang sangat
prioritas untuk diselesaikan seperti urusan birokrasi CPNS, adaptasi di tempat
kerja (sebab kami menikah langsung setelah lulus kuliah dan pengangkatan CPNS),
dan yang paling penting karna kami merantau maka urusan yang paling basic
adalah mempersiapkan lingkungan dan hunian terbaik untuk keluarga kami tumbuh.
Dengan sebab-sebab tersebut, kami pun memilih fokus pada rutinitas sambil
menguatkan produksi cinta dan teamwork di antara kami berdua.
Alhamdulillah setelah semua target itu
terlampaui, kami pun baru mulai fokus untuk program hamil dan menanti sang buah
hati. Tepatnya pada Januari 2021 atau 9 bulan pernikahan, kami memulai ikhtiar
menjemput amanah besar dari Allah ini. Ikhtiar yang kami jalani ini berada pada
fase ups and downs, tak jarang muncul rasa sedih saat pada nyatanya
hasil belum sesuai dengan rencana. Rasa gelisah pun muncul saat sadar bahwa umur
pernikahan hampir mendekati satu tahun, walaupun sebenarnya kami pun masih membesarkan
hati akan ikhtiar yang sebenarnya baru saja dimulai. Subhanallah, tidak pantas
rasanya jika dalam hitungan bulan saja sudah menggerutu dan cemas atas takdir
Allah.
Hingga sampai pada suatu titik, suami
menyadarkan untuk kembali berserah dan berpasrah pada Allah SWT. Jangan sampai
niat mulia memiliki momongan ini terkotori oleh nafsu dunia, jangan sampai
ikhtiar ini hanya karena ingin membungkam omongan orang atau sekadar ajang
pencapaian diri. Sebab sejatinya amanah menjadi orang tua bukanlah hal mudah
untuk dipertanggungjawabkan. Simpelnya gini, udah yakin belum diri ini baik dan
layak untuk jadi orangtua, udah merasa benar-benar pantas belum untuk memberikan
contoh ke anak? Mungkin Allah ingin memberikan jeda waktu untuk kita dalam
berkontemplasi, Allah terlalu sayang dengan kita, Allah ingin kita benar-benar
siap di waktu yang tepat. Jadi… semangat selalu bunda-bunda hebat, bismillah
biidznillah amanah itu akan datang di waktu yang tepat, insyaAllah…
Singkat cerita, dalam proses ikhitiarnya kami
mencoba dengan berbagai cara, trial and error. Here we go, perjuangan
baru saja dimulai… biidznillah…
Januari, yang kami lakukan utamanya adalah ikhtiar
jasadiyah, memastikan tubuh dalam kondisi fit dan bugar. Makanan dijaga
gizinya, olahraga mulai teratur, pola kerja diseimbangkan, dan istirahat yang
memang kami kondisikan cukup dan efisien. Ditambah kami juga konsumsi tambahan vitamin promil seperti Folavit, Ever-E, dan Susu Prenagen Esensis. Dalam proses percobaan yang pertama
ini, kami hanya fokus pada proses tanpa bertumpu pada hasil. Bismillah kalo
memang yang terbaik dan Allah sudah ridha insyaaAllah jalannya akan dimudahkan.
Doa dari orangtua pun tak lupa kami minta, karena sungguh kerelaan hati
orangtua itulah yang utama. Pun di awal menikah yang membuat kami mengesampingkan
ikhtiar momongan pun juga karena titah keridhaan orangtua. Jadi bagi kami,
untuk mengawali usaha ini pun harus dengan keridhaan mereka.
Lalu gimana hasilnya? Alhamdulillah… masih harus
berusaha lagi.
Februari, kami memulai kembali dengan semangat
yang baru. Jika sebelumnya ikhitar difokuskan untuk memperbaiki jasadiyah maka
di percobaan yang kedua ini kami azzamkan untuk lebih fokus juga pada persiapan
ruhiyah. Ikhtiar jasadiyah kami upayakan dengan menambahkan konsumsi ramuan
herbal detox Rahim dan peningkat kualitas sperma ala ust. Zaidul Akbar. Mungkin
agar teman-teman yang butuh info juga teredukasi, berikut ya resep ramuan detox
dan peningkat kualitas sperma.
Herbal Detox Rahim:
1.
3
cm kayu manis
2.
1
sdt ketumbar
3.
1
sdt kapulaga
4.
1
cengkeh
5.
1
ruas jahe
6.
1
sdm madu
Herbal Peningkat Kualitas Sperma:
1.
1
sdt kunyit
2.
1
sdt habatussauda
3.
1
sdm madu
Kedua ramuan herbal tersebut dapat diseduh
dengan air hangat kemudian disaring dan dikonsumsi rutin. Biasanya untuk istri
mengonsumsi detox Rahim dua minggu sekali, dan suami peningkat kualitas sperma
bisa seminggu sekali. Oiya untuk ramuan detox rahim pun juga dijual dengan
kemasan yang telah jadi di toko ust. Zaidul akbar, tapi kalo mau buat sendiri
pun tak masalah.
Selain menambahkan ramuan herbal, kami juga
mengupayakan ikhtiar jasadiyah dengan menggunakan ovutest (alat pendeteksi masa
subur). Temen-temen bisa beli alat ini di shopee atau apotek terdekat, cara
kerja alat ini adalah dengan mendeteksi kadar hormone LH yang biasanya akan
meningkat drastis saat masa subur tiba. Dalam rangka ikhtiar promil, mengetahui
kapan masa subur itu jadi hal yang penting dan kadang kita kesulitan menentukan
karena perhitungan kalender yang rawan meleset. Terbukti dengan menggunakan
alat ini, perhitungan kalender yang selama ini saya pakai pun benar-benar jauh
dari masa subur yang sebenarnya. Jadi boleh banget dicoba berikhtiar dengan
ovutest ya teman-teman.
Sementara ruhiyah, selain yang utama adalah
melangitkan sebanyak-banyak doa dan dzikir juga menambah porsi ibadah wajib dan
sunnah bersama suami, saya pribadi memberanikan diri bergabung di grup promil
dengan doa. Alhamdulillah disana banyak sekali vibes positif yang menekankan
untuk berikhitiar karena Allah bukan hanya sebab dunia. Alhamdulillah dengan
support komunitas yang membangun dan diiringi dukungan suami perjuangan jadi
terasa lebih tenang dan menyenangkan. Lalu untuk bulan kedua gimana hasilnya?
Alhamdulillah, ternyata Allah meminta kami mencoba kembali😊 Sedih, tentu. Namun kembali lagi kita harus
ingat bahwa Allah yang mengendalikan semuanya, Allah tau kapan waktu terbaik.
Maret, ikhtiar bulan ketiga kami lalui. Di masa
ini kami semakin memantapkan ikhtiar jasadiyah dan ruhiyah yang sebelumnya mungkin
masih belum optimal dengan perjuangan yang lebih extra. Mulanya yang
mengonsumsi makanan bergizi belum rutin saat itu semakin dirutinkan, minum
resep herbal semakin ditingkatkan, ikhtiar dengan ovutest pun kami coba dengan
mencari teknik yang lebih benar. Yap ikhtiar ovutest itu pun ternyata ada
tekniknya sendiri. Awalnya kami mencoba dengan melakukan HB setelah hasil
ovutest menunjukkan garis dua yang artinya kadar LH sedang tinggi, tetapi
ternyata cara itu kurang tepat. Penggunaan ovutest baiknya adalah 24-48 jam
setelah hasil positif. Lalu bagaimana hasilnya di bulan ketiga? Alhamdulillah…
gagal lagi hehe. Alhamdulillah Allah masih memberikan kami kesempatan mencoba.
Ternyata ga gampang ya ikhitiar ini, benar-benar menguji keikhlasan, ketenangan,
dan kesiapan kami, khususnya untuk menajdi orangtua.
Bertepatan dengan hasil yang tak kunjung
menemui hasil yang membahagiakan, nyatanya saat itu sebenarnya adalah masanya
saya dan suami harus melakukan vaksin Covid-19 dari kantor. Alhamdulillah,
mungkin ini salah satu hikmahnya, kami harus menyelesaikan proses vaksin
sebelum akhirnya benar-benar siap menyambutmu nak.
Selanjutnya tibalah bulan April, bertepatan
dengan bulan pernikahan kami yang artinya sebentar lagi usia pernikahan akan
menginjak satu tahun tepat. Momen dimana saya sesungguhnya cukup takut dengan
pertanyaan banyak orang terkait anak, meskipun mereka pun juga tidak mengetahui
struglingnya kami dan upaya ikhtiar yang baru saja kami mulai. Akhirnya saya
mantapkan kembali hati dan pikiran bersama suami untuk berikhtiar, lagi. Bulan
April adalah bulan Ramadhan saat itu. Saya azamkan pada diri dan suami, yaAllah
jika sampai sebelum lewat Ramadhan dan lewat satu tahun saya belum juga engkau
berikan amanah maka ridhai kami untuk ikhitar dengan cara yang lebih serius, yaitu
dengan berkonsultasi kepada orang yang lebih professional, dokter.
Percobaan alami yang terakhir ya mas, begitu
ungkap saya ke suami. Iya, tapi insyaaAllah ini pasti berhasil. Allah sudah
menyediakan waktu yang sangat tepat untuk kita. Bismillah..
Percobaan kempat dimulai masih dengan langkah
yang sama, tapi dengan keikhlasan yang lebih dalam. Kami ikhtiarkan dengan
upaya jasadiyah dan ruhiyah, memperbaiki apa yang belum kami optimalkan, dn
menjalani prosesnya dengan sangat tenang dan rileks, bahkan bisa dikatakan
ikhitar yang keempat ini jauh lebih membahagiakan dari yang sebelumnya. Pikiran
akan hasil benar-benar tidak mengecoh kami, setiap harinya kami lalui dengan
cinta yang semakin bertumbuh dan bahagia yang semakin merekah. Alhamdulillah
sangat menenangkan.
Di bulan April, tepat seminggu sebelum Ramadhan
tiba pun saya dan suami masih sempat ditugaskan oleh kantor untuk dinas luar
yang memakan waktu berhari-hari. Namun, itu semua kami lalui dengan hati yang
lapang dan senang. Hingga tiba akhirnya periode itu datang, tapi tak kunjung
keluar tamu yang seharusnya ada. Ya di bulan April sebelum Ramadhan harusnya jadwal
tamu bulanan saya datang. Namun hingga awal bulan Ramadhan saya masih bersih.
Akhirnya suami pun membujuk untuk memberanikan diri mengecek dengan test
kehamilan. MasyaAllah rasanya campur aduk. Ada rasa takut karena khawatir
hasilnya tidak optimal, tetapi ada juga rasa penasaran yang menggelayut. Saya
pun memberanikah diri untuk mengecek dan hasilnya….
A;HAMDULILLAH saya positif, masyaAllah
subhanallah allahuakbar. Di hari pertama Ramadhan, sahur pertama, sebelum usia
pernikahan kami tepat satu tahun, di momen terbaik yang sangat tepat Allah
mengabulkan hajat kami, keinginan kami, doa-doa kami. MasyaAllah nak.. anak
yang ada dalam rahim Bunda ini adalah hadiah terindah dari Allah dalam hidup.
MasyaAllh.. amanah dari Allah itu benar-benar datang pada keluarga kecil kami.
Hingga saat ini perjalanan itu masih berlanjut
dengan kami sebagai sepasang suami istri yang menjalani tahun kedua pernikahan,
dengan adventure baru, dan ikhitar menjaga sang buah hati. Semoga apa yang kami
lalui ini bisa menjadi hikmah dan pelajaran yang berarti bagi teman-teman yang
juga membutuhkan spirit dan motivasi. Tenanglah.. berdoalah.. sebab kita umat
muslim itu senjata terampuhnya adalah doa, maka berdoalah sebanyak-banyaknya,
langitkan hajat kita, mintalah restu dan ridha orangtua, serta berbuat baiklah
dan khusnudzon terhadap semua takdir Allah SWT. Sebaik-baik rencana adalah yang
telah Dia tetapkan, kita sebagai hamba hanya bertugas untuk ikhtiar dan usaha.
Semoga Allah selalu merahmati kita.
Wassalamu’alaikum wr.wb. Sehat selalu
teman-teman😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar