Setiap orang memiliki mimpi, mimpi yang akan mereka
pertaruhkan dan perjuangkan. Sebelumnya mau kasih quotes dulu nih. Wahai para
pejuang mimpi jangan pernah takut untuk
menghadapi setiap rintangan yang ada di depan kalian. Apapun mimpinya, apapun
targetnya, jangan pernah mundur selangkah pun dari upaya yang telah diusahakan.
Kedokteran ataupun STAN adalah dua hal yang bukan instan
untuk didapatkan. Pengorbanan dan keikhlasan diuji sungguh-sungguh untuk kedua
hal ini
Sesungguhnya menjadi apapun kita adalah pilihan yang
telah kita tetapkan untuk masa depan. Pilihan ada di tangan kita, mimpi pun ada
di masa depan tiap-tiap kita. Apapun yang kita pilih untuk masa depan, jangan
pernah melangkah mundur selangkah pun. Karna mimpi bukan untuk sekadar di angan
tapi untuk dibangun. Kita tidak pernah terlalu tua untuk membangun sebuah mimpi
baru, harapan baru, dan masa depan yang baru.
Pilihanku untuk memilih STAN bukan karna aku tidak
ingin lagi memperjuangkan mimpiku menjadi seorang dokter. Impian untuk mengabdi
adalah janjiku yang selalu aku patri dalam hatiku, aku simpan dalam benakku,
kujadikan semangat di setiap langkahku. Lalu kenapa aku mundur? Begitu banyak
pertanyaan orang kepadaku.
Namun, aku tidak pernah sedetik pun merasa bahwa aku
mundur. Setiap perjuangan yang aku ingat, aku selalu ingat kata-kata yang aku
tulis sebagai janjiku.. “Saya berjanji akan datang dengan jas itu, saya
berjanji akan membuat senyum di wajah mereka, saya berjanji akan datang pada
mereka dengan jas itu.”
Jas itu, tak peduli jas apa yang akan kupakai
nantinya. Namun, aku berjanji satu hal bahwa aku akan datang dengan jas itu.
Bukan tentang siapa atau apa jabatan yang kau pegang hari ini, tapi tentang
siapa yang telah kau buat tersenyum dan bahagia detik ini.
Menjadi bahagia dan membahagiakan orang lain itu
sederhana kok, cukup jadi apa yang Allah amanahkan padamu. InsyaAllah let it
flow dan semuanya akan berjalan indah mengikuti scenario-Nya. Aku suka sekali
berimajinasi, dan imajinasiku ada ketika pilihan Allah hadirkan dalam hidupku. Pilihan
yang mendewasakan diri. Memang sih gak bisa dibandingin antara FK dan STAN. Itu
pilihan yang berbanding terbalik, satunya IPS banget dan satunya IPA banget.
Satunya lulus cepet dan satunya agak lama. Satunya biayanya selangit dan
satunya biayanya minim banget. To be honest, salah banget emang kalo bandingin STAN dan FK, karena dari sisi manapun juga gak akan bisa dibandingin.
Sebenernya males juga sih mikirin perbandingan kedua hal
itu, tapi gimana kalo yang dihadapkan pada kita adalah dua hal itu. Dua hal
yang dapat mempengaruhi masa depan kita. Bingung? Ya pasti. Banyak banget
pertimbangan dari temen-temen, orang tua, saudara, nenek, kakek, sepupu,
saudara dari saudaranya ibuk dan bapak, tetangga, temen-temen bapak dan ibuk,
banyak deh. Nah, fase galau akut dan kerunyaman sempet aku rasain waktu dilema antara FK PTN dan STAN. Tapi sekarang setelah menjalani perkuliahan di STAN kurang
lebih setengah semester, aku mau berbagi perbandingan FK dan STAN yang semoga
dapat membantu kalian apabila sedang dilanda kegalauan dan kebimbangan memilih pilihan itu.
Okee kuliah di STAN itu banyak orang bilang idaman
banget, kuliahnya santai, kayaknya gak sibuk sibuk amat dibandingkan di
universitas, udah gitu begitu lulus langsung ditempatin di bawah instansi Kemenkeu, PNS pula. Itu gak salah, sebenarnya, tapi juga ada fakta yang jarang disadari
sama kebanyakan orang. Kita udah terdoktrin selalu liat sesuatu dari hasil yang
diperoleh sehingga kadang lupa bagaimana upaya untuk memperjuangkannya. STAN pun juga memiliki jurus tersendiri untuk mendidik generasinya, dengan system Drop
Out. Kata-kata "how to survive in PKN STAN" itu bukan cuma wacana guys. Di sini
anak-anaknya beneran harus survive dari namanya dua huruf, DO. Jadi, gak heran
kalo atmosfer di STAN pun terasa berbeda kalo dibandingkan di universitas. Katanya temenku yang udah pernah kuliah di universitas lain nih, STAN itu punya tekanan yang bikin
mahasiswanya jadi ngerasa beda gitu. Ya gatau sih gimana bedanya karna aku pun
juga belum pernah ngrasain kuliah di PTN.
Oke lanjut, orang bilang di STAN itu kuliahnya cepet cuma 1 atau 3 tahun lulus langsung dapet gaji
yang bisa dibilang lumayan. Trus banyak tuh yang nge-judge, oh jadi kamu milih
STAN karna pngen lulus cepet ya.. kan FK lama banget kuliahnya, sampek
bertahun-tahun banget gitu. Sebenernya statement ini ada benernya sih, tapi
alasanku milih STAN bukan karna itu karena kalo dihitung-hitung sebenernya lama studi STAN dan FK itu sama aja. Try to
calculate, untuk mendapat gelar S1 kalo start point nya dari STAN itu bisa
menghabiskan waktu 7-10 tahun! Gak percaya? Okee coba kita pake starting point
D1 PKN STAN. Umur 18 tahun katakanlah ketika dia masuk STAN, 19 tahun lulus d1 trus dia kerja tuh, kerja minimal 2 tahun baru bisa lanjut ke d3 khusus. At least
umur 21 baru lanjut d3 khusus. Lanjut fase perkuliahan selama 3 tahun buat
dapet ijazah d3. Setelah itu harus kerja lagi 2 tahun baru lanjut ke d4 atau
s1. Jadi, umur 24 lulus d3 dan 26 baru deh lanjut s1. Fase perkuliahan selama 2
tahun untuk mendapat gelar d4 atau s1. Dan jadilah umur 28 tahun dia baru mendapat
gelar s1. Ribet ya, ya gitu wkwk.
Hm.. kalo kita starting point dari d3 ya tinggal
kurangin aja 3 tahun. Setelah selesai d3 kerja dua tahun baru bisa lanjut fase
perkuliahan d4 atau s1. Gak beda jauh kan buat dapet gelar dokternya. Fase
pre-klinik 4 tahun sampai dapet S.Ked. Setelah itu co-ass selama satu tahun
trus ada UKDI dan internship selama 1,5 tahun, sehingga kalo dihitung sekitar 7
tahun juga baru dapet gelar dokter. Jadi? Kalo dibandingin sama temen-temen dari
fakultas lain di univ nih mungkin dalam waktu 7-10 tahun itu mereka udah sampek
gelar s2 haha. Yaaa itu yang namanya pilihan kanJ Bagiku selow aja lah, bukan mau cepet-cepetan dapet
gelar kok.
Trus statement lain bilang, ah gila di STAN gajinya
masyaAllah bgt gini caranya milih STAN lah jelas, gaji dokter cuma berapa sih. Oke
ini juga judgement yang kadang paling menyakitkan wkwk. Kalo ini sih sebenernya
kembali ke diri masing-masing ya. Apa yang mau kamu cari di sebuah institusi
itu gitu. Aku gak berani bilang apa-apa dan no comment kalo masalah gaji,
tunjangan atau blabla lah itu. Sharing dikit, dulu aku juga sebenernya takut
masuk STAN dan pengen milih fk nya ya karna ini. Aku takut kerja di
birokrasi dengan segala aturannya dan aku berfikir bahwa dengan bekerja di
bawah aturan aku gak akan berkembang. Berbeda sama kerja jadi dokter dimana aku
bisa mandiri dengan apa yang telah aku capai tanpa terkekang sebuah birokrasi
dan tentunya aku bisa mengembangkan diri dengan ilmu kedokteran yang selalu
berkembang. Tapi satu yang nguatin aku guys, nasehat ayahanda terncinta tsaah.
Waktu aku curhat tentang ketakutanku itu, ayahku bilang……kamu di STAN cari apa?
Cari uang? Kalo tujuan kamu cari uang jangan pernah pilih dokter atau STAN,
mending kamu ga usah kuliah jualan aja sana bakso di depan gang (karena
tetanggaku ada yang jualan bakso di gang depan rumahku) (rasanya enak banget)
#oke abaikan. Trus ayahku kembali berbicara….kamu di STAN itu cari ilmu, jangan
takut dengan birokrasi, selagi kamu memegang teguh prinsip agama insyaAllah
selamat. Dimana-mana itu pasti ada tindak kecurangan, di dunia kedokteran,
keilmuan pun pasti ada, sama aja, yang
beda itu kamunya, kamu berbeda karna kamu kuat menghadapinya. Tujuannya
akhirat, jangan dunia. Cari ilmu untuk dunia dan akhirat. Duh aku terharu
jadinya.
Seketika entah ada angin apa Allah memantapkan hatiku,
STAN. Dalam perjalanannya pun Allah semakin menjawab doaku dengan terus
memantapkan langkah yang aku ambil, di STAN aku ketemu orang-orang hebat yang
justru berkembang luar biasa. Itu mematahkan anggapanku bahwa di STAN aku gak
akan berkembang. Justru mereka beranggapan bahwa mereka hebat karena lewat
institusi ini. Ambil contoh aja yang baik-baik seperti Mantan Menteri ESDM, Pak
Sudirman Said, trus ada presenter kondang Helmy Yahya, atau pak Cris Kuntadi.
Beliau bekerja di Eselon 1 Kementerian Perhubungan. Beliau ini menginspirasiku
banget karna beliau pernah bercerita bahwa impiannya menjadi seorang dokter. Kala
itu mendaftar di FK PTN yang menerimaku, ternyata beliau tidak diterima dan akhirnya
memilih STAN. YaAllah aku langsung termenung, ini FK PTN rugi banget udah nolak
orang sepinter ini dan sekarang beliau udah sukses banget di Eselon 1 Kemenhub,
yang gelarnya aja bejibuuun. Luar biasa dan takjub adalah anggapan yang gak
henti hentinya aku sematkan ketika bertemu dengan alumni STAN yang luar biasa.
Dan yang terakhir yang jadi dilema nih, tentang biaya
antara FK dan STAN. Kalo ini emang ya gak bisa dibantah lagi. Kalo FK mahal ya
karena banyak praktikum lah dan wajar aja karna untuk mencetak generasi dokter
yang berkualitas pun juga ada biaya yang harus dikorbankan. Realistis aja! Alat-alat kedokteran menurut kamu jatuh dari langit gitu mhehe, semua butuh
pengorbanannya. Harapanku cuma satu semoga dokter-dokter masa depan tetap
rendah hati dan ikhlas dalam melayani. Kalo STAN berkebalikan, biayanya Alhamdulillah
gratis, cuma butuh 250 ribu buat uang pendaftaran wkwk. Lalu selama pendidikan
pun bener-bener tanpa dipungut biaya apapun. Buku pun juga warisan semua. Jadi, Alhamdulillah
meringankan beban orangtua banget lah dan karna ada semacam perasaan
hutangbudi sama negara gitu, kita jadi ngrasa harus bekerja maksimal untuk
membalas kebaikan negara ini guys gitu.
Tapi disisii perbedaan yang 180 derajad berbeda ini,
STAN dan FK sebenernya punya satu kesamaan. Apaan tuh? Persamaannya adalah
sama-sama mengabdi. Yep kadang kalo aku lihat temen-temenku di STAN gitu,
mereka dateng jauh-jauh dari luar pulau trus ke jawa buat mencari ilmu. Mereka
udah keterima universitas bergengsi tapi ditinggalin demi Indonesia *aseek.
Cinta Indonesia dong sist jadi Punggawa Keuangan Negara. #bukanpromosi #kalemaja
#woles.
Ya sama aja dengan dokter yang dari sananya juga
niatnya insyaAllah untuk mengabdi. Jadi apa aja sebenernya bisa dibilang
mengabdi kok, kan tujuan akhirnya untuk berguna bagi orang lain. Jadi gak usah
bilang wah ini profesi lebih baik dari profesi itu. Ya semua profesi baik kok
tergantung niatnya dan yang terpenting manfaat apa yang kita berikan buat orang
lain, yakan? Sipdeeh.
Jadi mau milih STAN atau FK ya itu pilihan kalian
masing-masing. Tujuannya sama kok buat berguna buat orang lain hheee. Tinggal
milih jalannya aja mau lewat jalan A atau jalan B gituu. Buat kalian mantan rekan
sejawat (sok asik bgt)….tetep semangat ya buat pendidikannya. Aku yakin kalian
adalah generasi pilihan Allah untuk membuat umat bahagia cieilaah. Tetep
semangat dan jangan lupa berdoa J Daan buat kalian rekan rekan satu Kementerian, tetep
struggle berjuang terus buat survive di STAN. Karena berada di STAN bukanlah
akhir tapi awal dari sebuah perjuangan untuk INDONESIAJ
LHAAA INIII
BalasHapusPerbandingan gajinya kalo boleh tau lebih jelas mas hehehe
BalasHapustabarakallah adikku.... terharu bacanya... you choose your own way...
BalasHapus