Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Berdaya dengan berbagai peran

Minggu, 13 November 2016

Beropini : FK PTN vs STAN

Setiap orang memiliki mimpi, mimpi yang akan mereka pertaruhkan dan perjuangkan. Sebelumnya mau kasih quotes dulu nih. Wahai para pejuang mimpi jangan  pernah takut untuk menghadapi setiap rintangan yang ada di depan kalian. Apapun mimpinya, apapun targetnya, jangan pernah mundur selangkah pun dari upaya yang telah diusahakan.
Kedokteran ataupun STAN adalah dua hal yang bukan instan untuk didapatkan. Pengorbanan dan keikhlasan diuji sungguh-sungguh untuk kedua hal ini

Sesungguhnya menjadi apapun kita adalah pilihan yang telah kita tetapkan untuk masa depan. Pilihan ada di tangan kita, mimpi pun ada di masa depan tiap-tiap kita. Apapun yang kita pilih untuk masa depan, jangan pernah melangkah mundur selangkah pun. Karna mimpi bukan untuk sekadar di angan tapi untuk dibangun. Kita tidak pernah terlalu tua untuk membangun sebuah mimpi baru, harapan baru, dan masa depan yang baru.
Pilihanku untuk memilih STAN bukan karna aku tidak ingin lagi memperjuangkan mimpiku menjadi seorang dokter. Impian untuk mengabdi adalah janjiku yang selalu aku patri dalam hatiku, aku simpan dalam benakku, kujadikan semangat di setiap langkahku. Lalu kenapa aku mundur? Begitu banyak pertanyaan orang kepadaku.
Namun, aku tidak pernah sedetik pun merasa bahwa aku mundur. Setiap perjuangan yang aku ingat, aku selalu ingat kata-kata yang aku tulis sebagai janjiku.. “Saya berjanji akan datang dengan jas itu, saya berjanji akan membuat senyum di wajah mereka, saya berjanji akan datang pada mereka dengan jas itu.”
Jas itu, tak peduli jas apa yang akan kupakai nantinya. Namun, aku berjanji satu hal bahwa aku akan datang dengan jas itu. Bukan tentang siapa atau apa jabatan yang kau pegang hari ini, tapi tentang siapa yang telah kau buat tersenyum dan bahagia detik ini.
Menjadi bahagia dan membahagiakan orang lain itu sederhana kok, cukup jadi apa yang Allah amanahkan padamu. InsyaAllah let it flow dan semuanya akan berjalan indah mengikuti scenario-Nya. Aku suka sekali berimajinasi, dan imajinasiku ada ketika pilihan Allah hadirkan dalam hidupku. Pilihan yang mendewasakan diri. Memang sih gak bisa dibandingin antara FK dan STAN. Itu pilihan yang berbanding terbalik, satunya IPS banget dan satunya IPA banget. Satunya lulus cepet dan satunya agak lama. Satunya biayanya selangit dan satunya biayanya minim banget. To be honest, salah banget emang kalo bandingin STAN dan FK, karena dari sisi manapun juga gak akan bisa dibandingin.
Sebenernya males juga sih mikirin perbandingan kedua hal itu, tapi gimana kalo yang dihadapkan pada kita adalah dua hal itu. Dua hal yang dapat mempengaruhi masa depan kita. Bingung? Ya pasti. Banyak banget pertimbangan dari temen-temen, orang tua, saudara, nenek, kakek, sepupu, saudara dari saudaranya ibuk dan bapak, tetangga, temen-temen bapak dan ibuk, banyak deh. Nah, fase galau akut dan kerunyaman sempet aku rasain waktu dilema antara FK PTN dan STAN. Tapi sekarang setelah menjalani perkuliahan di STAN kurang lebih setengah semester, aku mau berbagi perbandingan FK dan STAN yang semoga dapat membantu kalian apabila sedang dilanda kegalauan dan kebimbangan memilih pilihan itu.
Okee kuliah di STAN itu banyak orang bilang idaman banget, kuliahnya santai, kayaknya gak sibuk sibuk amat dibandingkan di universitas, udah gitu begitu lulus langsung ditempatin di bawah instansi Kemenkeu, PNS pula. Itu gak salah, sebenarnya, tapi juga ada fakta yang jarang disadari sama kebanyakan orang. Kita udah terdoktrin selalu liat sesuatu dari hasil yang diperoleh sehingga kadang lupa bagaimana upaya untuk memperjuangkannya. STAN pun juga memiliki jurus tersendiri untuk mendidik generasinya, dengan system Drop Out. Kata-kata "how to survive in PKN STAN" itu bukan cuma wacana guys. Di sini anak-anaknya beneran harus survive dari namanya dua huruf, DO. Jadi, gak heran kalo atmosfer di STAN pun terasa berbeda kalo dibandingkan di universitas. Katanya temenku yang udah pernah kuliah di universitas lain nih, STAN itu punya tekanan yang bikin mahasiswanya jadi ngerasa beda gitu. Ya gatau sih gimana bedanya karna aku pun juga belum pernah ngrasain kuliah di PTN.
Oke lanjut, orang bilang di STAN itu kuliahnya cepet  cuma 1 atau 3 tahun lulus langsung dapet gaji yang bisa dibilang lumayan. Trus banyak tuh yang nge-judge, oh jadi kamu milih STAN karna pngen lulus cepet ya.. kan FK lama banget kuliahnya, sampek bertahun-tahun banget gitu. Sebenernya statement ini ada benernya sih, tapi alasanku milih STAN bukan karna itu karena kalo dihitung-hitung sebenernya  lama studi STAN dan FK itu sama aja. Try to calculate, untuk mendapat gelar S1 kalo start point nya dari STAN itu bisa menghabiskan waktu 7-10 tahun! Gak percaya? Okee coba kita pake starting point D1 PKN STAN. Umur 18 tahun katakanlah ketika dia masuk STAN, 19 tahun lulus d1 trus dia kerja tuh, kerja minimal 2 tahun baru bisa lanjut ke d3 khusus. At least umur 21 baru lanjut d3 khusus. Lanjut fase perkuliahan selama 3 tahun buat dapet ijazah d3. Setelah itu harus kerja lagi 2 tahun baru lanjut ke d4 atau s1. Jadi, umur 24 lulus d3 dan 26 baru deh lanjut s1. Fase perkuliahan selama 2 tahun untuk mendapat gelar d4 atau s1. Dan jadilah umur 28 tahun dia baru mendapat gelar s1. Ribet ya, ya gitu wkwk.
Hm.. kalo kita starting point dari d3 ya tinggal kurangin aja 3 tahun. Setelah selesai d3 kerja dua tahun baru bisa lanjut fase perkuliahan d4 atau s1. Gak beda jauh kan buat dapet gelar dokternya. Fase pre-klinik 4 tahun sampai dapet S.Ked. Setelah itu co-ass selama satu tahun trus ada UKDI dan internship selama 1,5 tahun, sehingga kalo dihitung sekitar 7 tahun juga baru dapet gelar dokter. Jadi?  Kalo dibandingin sama temen-temen dari fakultas lain di univ nih mungkin dalam waktu 7-10 tahun itu mereka udah sampek gelar s2 haha. Yaaa itu yang namanya pilihan kanJ Bagiku selow aja lah, bukan mau cepet-cepetan dapet gelar kok.
Trus statement lain bilang, ah gila di STAN gajinya masyaAllah bgt gini caranya milih STAN lah jelas, gaji dokter cuma berapa sih. Oke ini juga judgement yang kadang paling menyakitkan wkwk. Kalo ini sih sebenernya kembali ke diri masing-masing ya. Apa yang mau kamu cari di sebuah institusi itu gitu. Aku gak berani bilang apa-apa dan no comment kalo masalah gaji, tunjangan atau blabla lah itu. Sharing dikit, dulu aku juga sebenernya takut masuk STAN dan pengen milih fk nya ya karna ini. Aku takut kerja di birokrasi dengan segala aturannya dan aku berfikir bahwa dengan bekerja di bawah aturan aku gak akan berkembang. Berbeda sama kerja jadi dokter dimana aku bisa mandiri dengan apa yang telah aku capai tanpa terkekang sebuah birokrasi dan tentunya aku bisa mengembangkan diri dengan ilmu kedokteran yang selalu berkembang. Tapi satu yang nguatin aku guys, nasehat ayahanda terncinta tsaah. Waktu aku curhat tentang ketakutanku itu, ayahku bilang……kamu di STAN cari apa? Cari uang? Kalo tujuan kamu cari uang jangan pernah pilih dokter atau STAN, mending kamu ga usah kuliah jualan aja sana bakso di depan gang (karena tetanggaku ada yang jualan bakso di gang depan rumahku) (rasanya enak banget) #oke abaikan. Trus ayahku kembali berbicara….kamu di STAN itu cari ilmu, jangan takut dengan birokrasi, selagi kamu memegang teguh prinsip agama insyaAllah selamat. Dimana-mana itu pasti ada tindak kecurangan, di dunia kedokteran, keilmuan  pun pasti ada, sama aja, yang beda itu kamunya, kamu berbeda karna kamu kuat menghadapinya. Tujuannya akhirat, jangan dunia. Cari ilmu untuk dunia dan akhirat. Duh aku terharu jadinya.
Seketika entah ada angin apa Allah memantapkan hatiku, STAN. Dalam perjalanannya pun Allah semakin menjawab doaku dengan terus memantapkan langkah yang aku ambil, di STAN aku ketemu orang-orang hebat yang justru berkembang luar biasa. Itu mematahkan anggapanku bahwa di STAN aku gak akan berkembang. Justru mereka beranggapan bahwa mereka hebat karena lewat institusi ini. Ambil contoh aja yang baik-baik seperti Mantan Menteri ESDM, Pak Sudirman Said, trus ada presenter kondang Helmy Yahya, atau pak Cris Kuntadi. Beliau bekerja di Eselon 1 Kementerian Perhubungan. Beliau ini menginspirasiku banget karna beliau pernah bercerita bahwa impiannya menjadi seorang dokter. Kala itu mendaftar di FK PTN yang menerimaku, ternyata beliau tidak diterima dan akhirnya memilih STAN. YaAllah aku langsung termenung, ini FK PTN rugi banget udah nolak orang sepinter ini dan sekarang beliau udah sukses banget di Eselon 1 Kemenhub, yang gelarnya aja bejibuuun. Luar biasa dan takjub adalah anggapan yang gak henti hentinya aku sematkan ketika bertemu dengan alumni STAN yang luar biasa.
Dan yang terakhir yang jadi dilema nih, tentang biaya antara FK dan STAN. Kalo ini emang ya gak bisa dibantah lagi. Kalo FK mahal ya karena banyak praktikum lah dan wajar aja karna untuk mencetak generasi dokter yang berkualitas pun juga ada biaya yang harus dikorbankan. Realistis aja! Alat-alat kedokteran menurut kamu jatuh dari langit gitu mhehe, semua butuh pengorbanannya. Harapanku cuma satu semoga dokter-dokter masa depan tetap rendah hati dan ikhlas dalam melayani. Kalo STAN berkebalikan, biayanya Alhamdulillah gratis, cuma butuh 250 ribu buat uang pendaftaran wkwk. Lalu selama pendidikan pun bener-bener tanpa dipungut biaya apapun. Buku pun juga warisan semua. Jadi, Alhamdulillah meringankan beban orangtua banget lah dan karna ada semacam perasaan hutangbudi sama negara gitu, kita jadi ngrasa harus bekerja maksimal untuk membalas kebaikan negara ini guys gitu.
Tapi disisii perbedaan yang 180 derajad berbeda ini, STAN dan FK sebenernya punya satu kesamaan. Apaan tuh? Persamaannya adalah sama-sama mengabdi. Yep kadang kalo aku lihat temen-temenku di STAN gitu, mereka dateng jauh-jauh dari luar pulau trus ke jawa buat mencari ilmu. Mereka udah keterima universitas bergengsi tapi ditinggalin demi Indonesia *aseek. Cinta Indonesia dong sist jadi Punggawa Keuangan Negara. #bukanpromosi #kalemaja #woles.
Ya sama aja dengan dokter yang dari sananya juga niatnya insyaAllah untuk mengabdi. Jadi apa aja sebenernya bisa dibilang mengabdi kok, kan tujuan akhirnya untuk berguna bagi orang lain. Jadi gak usah bilang wah ini profesi lebih baik dari profesi itu. Ya semua profesi baik kok tergantung niatnya dan yang terpenting manfaat apa yang kita berikan buat orang lain, yakan? Sipdeeh.

Jadi mau milih STAN atau FK ya itu pilihan kalian masing-masing. Tujuannya sama kok buat berguna buat orang lain hheee. Tinggal milih jalannya aja mau lewat jalan A atau jalan B gituu. Buat kalian mantan rekan sejawat (sok asik bgt)….tetep semangat ya buat pendidikannya. Aku yakin kalian adalah generasi pilihan Allah untuk membuat umat bahagia cieilaah. Tetep semangat dan jangan lupa berdoa J Daan buat kalian rekan rekan satu Kementerian, tetep struggle berjuang terus buat survive di STAN. Karena berada di STAN bukanlah akhir tapi awal dari sebuah perjuangan untuk INDONESIAJ

3 komentar:

  1. Perbandingan gajinya kalo boleh tau lebih jelas mas hehehe

    BalasHapus
  2. tabarakallah adikku.... terharu bacanya... you choose your own way...

    BalasHapus

Skincare Rutin Theraskin untuk Ramadhan

Ramadhan, bulan penuh berkah bagi umat Muslim, tentunya memerlukan perhatian khusus dalam merawat kulit yang mungkin terpengaruh oleh peruba...