Blogger Perempuan

Blogger Perempuan
Berdaya dengan berbagai peran

Senin, 13 Juni 2016

Story : Hamburg Exchange

~based on own true story~

Mimpi bisa dibilang sebagai keyakinan yang pastinya dipertaruhkan oleh setiap orang yang mengidamkannya. Dalam pencapaiannya ikhtiar dan tawakal senantiasa beriringan. Setiap langkah ini, setiap helaan nafas ini, setiap detak jantung ini, semua skenario telah tertulis indah dalam lauhul mahfudz, kitab SANG MAHA SEMPURNA. 
Hamburg, 12 September 2015
Ku tatap hamparan lapang biru muda yang terbentang di hadapanku. Suara merdu kapal besar dari seluruh penjuru dunia bersahut sahutan seolah menyapa dalam kesunyian hatiku. Aku hirup udara bersih kota pelabuhan nan indah ini. MasyaAllah skenario Sang Pencipta ini sungguh menyentakku. Bisa dibilang aku hanyalah siswa SMA biasa yang tidak berani untuk bermimpi, apalagi mimpi hijrah ke belahan benua lain, Eropa, membayangkan untuk pergi saja tidak pernah. ‘Namun, lihatlah apa yang ada di hadapanmu sekarang!’ begitu kataku pada diri. ‘Ini Eropa bung, Eropa, sebuah benua megah nan eksotik itu!’

Dan inilah cerita perjalananku di tanah seribu keajaiban...
Terlihat mustahil dan khayal ya jika bermimpi untuk merasakan betapa indahnya negeri di luar sana. Untuk bermimpi saja rasanya mustahil apalagi untuk mewujudkannya. Begitulah anggapanku saat itu untuk kata yang disebut mimpi. Berawal dari SMA 1 Salatiga ceritaku ini dimulai. Entah takdir apa yang membawaku ke kota sejuk dan indah itu. Yang aku tau sewaktu aku kecil aku sudah membayangkan bisa bersekolah disana, dengan alasan udaranya sejuk, ya hanya itu. Tapi tak kusangka dari khayalan itu akhirnya Allah mengabulkannya dengan membawaku menuju kesana. Awal masuk SMA di Salatiga ini aku hanya berfikir bagaimana 3 tahunku menjadi menyenangkan dan bisa selamat hingga perguruan tinggi. Tidak pernah terbesit apapun untuk melakukan hal yang out of the box bagi anak SMA. Bisa dibilang daya imajinasiku untuk sebuah mimpi kala itu payah, karena kuakui kepasrahan menjalani hidup begitu kronis menyerang setiap sel tubuhku.

Singkat cerita aku disini bertemu dengan teman hebat, lingkungan hebat, dan tentunya jutaan mimpi dan imajinasi hebat. Di awal SMA aku bergabung dengan klub Edensor ( English debating society of Smanssa), alasannya sih ya cuma pengen bisa ngomong bahasa inggris doang. Gak kebayang juga ntarnya bakal kayak gimana jalan hidup di ekskul ini. Tetapi dari situ justru dapet pelajaran banyak banget, dari aku yang dulunya mau ngomong how are you masih takut jadi aku yang sekarang udah lumayan lah bisa ngomong. So, edensor itu waktu jamanku ngadain kompetisi debat internal gitu dan karena keberuntungan yang tingkat dewa, timku bisa menang jadi 1st winner. Alhamdulillah. Akhirnya dari situ aku dikenalin sama kakak senior ke tempat les terkece sepanjang masa. What’s that? Here i proudly present jengjengg... YETI ENGLISH COURSE!!

Wah ini disinilah penderitaan dan tekanan batin dimulai hahak *ketawa jahat*. Gak deng. Maksudnya penderitaan buat meraih mimpi juga kok mhehe. Mam yeti, beliaulah pemilik bimbel ini. Gak cuma ngomong tapi juga bagaimana presentasi, menganalisis, hingga berfikir kritis and of course you must speak in English. Gemblengan yang luar biasa dari mentor luar biasa pada akhirnya juga menghasilkan bibit yang luar biasa. Yep, berbagai kompetisi bahasa Inggris kami ikuti untuk menambah wawasan dan gak kerasa dari tahun pertama trus lanjut tahun kedua, akhirnya kelas di mam yeti ini bukan cuma sekedar kelas tapi sudah seperti rumah kedua bagi kami. Dream team of YEC, itu sebutan kami. Beranggotakan 9 orang awalnya. Tapi terus digabung sama team adek kelas, ya ini untuk gemblengan juga bagaimana kita bisa share pengalaman dan terus mengasah kemampuan kami dalam berkomunikasi.

Sampai akhirnya, kami mendapat kabar akan ada program pertukaran pelajar. Tidak main-main, program ini adalah pertukaran pelajar pertama antara Indonesia dan Jerman. Subhanallah. Dari situ kami pun menguatkan tekad ingin mengikuti program itu. Dan akhirnya terpilihlah 18 orang yang dengan gemblengan dan ujian yang diberikan Mam Yeti lulus untuk berangkat ke Hamburg, Germany. Awalnya nggak percaya kalo ini beneran bakal pergi ke benua lain. Dan pastinya banyak orang yang meremehkan, ada yang bilang wah apa ini program pertama pasti nggak bakal berhasil, bahkan  ada yang meragukan kemampuan kami. Tapi pandangan negatif itu tidak akan menghalangi niat dan mimpi kami.

Ceritanya aku udah berubah jadi orang yang optimis tuh haha. Berbulan bulan persiapan buat exchange ini, kira-kira dari awal 2015 sampai September 2015 yang mana adalah bulan keberangkatan. Nih ya kalo orang bilang dalam menggapai cita-cita itu pasti harus ada yang dikorbanin, dan itu juga yang aku alami di perjalanan ini. Share dikit deh awal 2015 itu ceritanya aku dan beberapa anak exchange yang kebetulan ikut olim lagi camp, tapi tiba-tiba didatengin mam yeti untuk ngelengkapin berkas dan buat mini video untuk dikirim ke Jerman. Yang lebih seru lagi, kelasnya itu baru selesai jam 6 maghrib dan jam 6 maghrib itu pula kami harus udah selesai record mini video . Kalo nggak record maka gak jadi berangkat karena gak lengkap syaratnya. Di situ aku dan 2 orang temen lain udah hopeless maksimal.

Ujung-ujungnya kami pun harus dispen dari kelas olim masing-masing. Langsung deh menyelesaikan project kebut-kebutan itu. Dan tau gak kalian apa reward buat kami di hari itu? Kehabisan jatah makan -__- iyaa aku lupa kalo camp itu isinya anak kelaperan semuaa-_-. Kita baru balik asrama jam 7 malam, syukur deh masih dapet sisa kuah, miris ya hidup.

Akhirnya di bulan bulan penuh peluh dan asa itu *tsaah, aku dan teman teman lain menyiapkan berbagai persiapan to go to Europe! Kita menyiapkan mini drama, disini ada tiga jenis mini drama ada mitoni, nikahan, dan sunatan. Selain itu kita juga belajar karawitan dan menari tradisional jawa. Pokoknya abis-abisan deh, dari yang gak tau apa apa sampek alhamdulillah ada hasil nyata. Satu hal yang bikin aku bersyukur adalah lagi-lagi untuk kesekian kali, khayalan yang cuma aku pendam menjadi kenyataan. Bisa main gamelan. Dulu awal masuk SMA aku pengen ikut ekskul ini itu termasuk karawitan, tapi nyatanya gak kesampean karena waktu. Namun, karna exchange ini akhirnya aku bisa belajar! Satu hal yang bisa ditarik poinnya adalah jangan pernah remehkan apa yang kalian impikan atau inginkan. Allah itu Maha Mendengar, dan pasti Allah akan mewujudkan dengan cara-Nya sendiri;))

Sebelum keberangkatan ke luar negeri kami pun juga harus melewati tahap menegangkan yakni pengurusan visa. Termakan rumor bahwa Kedutaan Jerman itu sangat susah untuk diluluhkan membuat kami tak hentinya berdoa ketika berangkat ke Jakarta untuk mengurus selembar kertas penentu nasib itu. Alhamdulillah, semua terlewati dengan lancar. Dan inilah waktu yang dinantikan untuk berangkat!

Harus hidup di negeri orang yang sangat amat jauh dari Indonesia bukan hal mudah khususnya untukku yang statusnya sebagai anak terakhir. Tetapi berbekal pengalaman tinggal di asrama selama camp setidaknya menjadi motivasi kalo semua bakal baik baik aja. Meski sebenarnya nggak bisa dibandingkan antara camp yang hanya di Semarang dan exchange hingga benua lain-_-

Tinggal selama kurang lebih satu bulan di negara orang tanpa saudara, apalagi masih SMA, kelihatannya susah ya, tapi gak sesusah itu kok. Dan the most important dari waktu satu bulan yang bakal ditempuh itu adalah first impression. Bagaimana membuat pandangan house family terhadap kita menjadi baik, bagaimana mereka berfikir bahwa kita itu anak baik dan sopan, dan juga bagaimana kita membuat nyaman anak pemilik rumah ketika bergaul dengan kita. If you do great job for this, yaudah satu bulanmu kedepan pasti menyenangkan deh. Tapi kalo sebaliknya, ya you know what will happen.  Rasanya homesick pengen pulang Indo aja, gak betah dll. Padahal kan sayang banget waktunya kalo cuma dihabisin dengan meratapi nasib sebatang kara di negeri orang hehe.

Jadi, syukuri apapun yang ada di depanmu dan jalani semampumu. Perjalanan ini akan menjadi bait cerita indah yang kelak akan aku kenang dan ceritakan kepada siapapun yang Allah takdirkan. Siapapun kamu dan dimanapun kamu, yuk semangat mengejar ridhaNya. Jelajahilah bumi Allah yang luas agar engkau tau betapa besar kekuasaanNya.

Wassalamu’alaikum!

1 komentar:

Skincare Rutin Theraskin untuk Ramadhan

Ramadhan, bulan penuh berkah bagi umat Muslim, tentunya memerlukan perhatian khusus dalam merawat kulit yang mungkin terpengaruh oleh peruba...